ini bukan satu wacana, tetapi paragraf yang berbeda, jdi nomor paragraf (sesuai) untuk satu kelompok
1. Kulit akan sangat bergantung pada hal-hal yang terkdandung pada makanan yang dikonsumsi. Untuk memiliki kulit sehat sebenarnya tidak perlu mengeluarkan uang banyak, karena Anda pun bisa melakukannya sendiri di rumah. Perawatan kulit perlu dilakukan mengingat kondisi lingkungan yang seringkali tidak mendukung bagi kesehatan kulit Anda. Polusi, radiasi sinar ultraviolet, dan pola makan yang tidak sehat menjadi beberapa penyebab yang dapat membuat kulit terlihat kusam dan kering. Itulah mengapa, perawatan kulit penting dilakukan agar efek buruk lingkungan dan penyebab lainnya tidak akan memberikan pengaruh buruk pada kulit.
2.Salah satu perawatan yang sederhana dan bisa dilakukan di rumah untuk menjaga kesehatan kulit adalah dengan melakukan body massage. Anda dapat melakukan body massage dengan bantuan ahli pijit langganan Anda. Untuk mendapatkan kulit yang sehat dan segar, Anda dapat meminta ahli pijit untuk menggunakan zaitun massage oil saat memijit Anda. Zaitun massage oil akan meresap masuk langung ke dalam epidermis kulit. Zaitun massage oil juga biasa digunakan sebagai aromaterapi karena aromanya yang segar dan menenangkan, sehingga jika dioleskan ke tubuh dapat membuat tubuh lebih rileks.
3. Rambut adalah mahkota bagi semua orang. Rambut juga memiliki peranan yang sangat penting bagi keadaan tubuh kita. Selain memperindah penampilan dan media untuk menempelkan asesoris seperti jepit, bandana, dll. Rambut juga memiliki fungsi yang sangat membantu tubuh kita yaitu untuk menghalangi kepala kita dari terik matahari yang panas atau juga cuaca dingin yang bisa memudahkan kepala kita yang merupakan salah satu bagian terpenting dari tubuh ini menjadi sakit. Rambut yang tebal juga bisa mengurangi atau mencegah benturan keras dari benda yang jatuh tepat di atas kepala kita. Tanpa rambut di atas kepala kita, selain membuat kepala menjadi rentan bahaya dan terpapar teriknya sinar matahari, juga akan mengurangi penampilan seseorang yang keindahannya berkurang tanpa rambut yang indah ini. Rambut pirang, hitam, keriting, lurus adalah bagian dari beragam jenis rambut yang indah.
4. Setiap orang memiliki jenis dan warna rambut yang berbeda-beda. Orang barat cenderung memiliki rambut berwarna pirang atau terang, orang timur lebih ke warna gelap atau hitam. Begitu juga dengan keadaan rambut masing-masing orang seperti ada yang lurus, keriting, halus, mengembang, dll. Semua itu disebabkan oleh gen. Namun, masalah yang hampir sama yang dimiliki oleh rambut orang manapun adalah masalah kerontokan.
5. Baju merupakan kebutuhan nomor satu bagi semua orang. Berbagai model, warna, potongan, dan gaya terus diinovasikan untuk memenuhi kebutuhan pasar industri pakaian di seluruh dunia. Berbagai perusahaan mode ternama dan berkelas pun seakan berlomba lomba memproduksi dan menciptakan model model baru yang kreatif yang siap diburu para pemburu mode. Berbagai event dan pagelaran yang berhubungan dengan model pun terus dilakukan agar produk produk yang sudah dibuat semakin dikenal dan dicari. Berbagai harga akan dibandrol berdasarkan jumlah emas dan berlian yang terdapat dalam baju.
6. Pusat Bimbingan Belajar SD dan SMP "ZERO SEVEN COURSE" Sidoharjo yang salah satu instansi yang masih menggunakan cara manual untuk pengolahan dan penyimpanan data siswa yang mengikuti bimbingan belajar tersebut. Hal itu dirasakan sangat kurang efektif dan sangat tidak efisien, karena jika terjadi perubahan data maka harus membuat ulang data secara keseluruhan, sehingga memberikan ketidakefektifan di bidang sarana dalam pengolahan datanya. Dampak dari masalah tersebut yaitu, keterlambatan dalam memberikan laporan kepada para pemimpin. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka pihak Lembaga Bimbingan Belajar membutuhkan suatu bentuk aplikasi komputer yang dapat membantu dalam mengerjakan pekerjaan unit kerja yaitu pengolahan dan menyimpan data serta membuat laporan, khususnya tentang data siswa yang mengikuti bimbingan belajar. Agar bisa diperoleh data yang memuaskan.
7. Tekhnologi informasi merupakan salah satu teknologi yang sedang berkembang dengan pesat pada saat ini. Dengan kemajuan teknologi informasi, pengaksesan data atau informasi dapat berlangsung dengan cepat, efisien dan akurat. Perkembangan dalam bidang komputer pada saat ini telah membuka peluang seluasnya kepada para -para pakar dan para pengambil keputusan, baik yang bergerak di bidang ekonomi, pemerintahan, keilmuan maupun dan sebagainya untuk menyelesaikan semua permasalahannya dengan menggunakan komputer. Sebelum datang era komputerisir ini, keseringan unit kerja menyelesaikan pekerjaan secara manual. Saat ini unit kerja dapat menggunakan komputer dalam mengerjakan berbagai tugasnya dengan cepat dan tepat. Hal ini di karenakan didalam komputer tersebut dapat di-instalasi bermacam-macam aplikasion yang dapat digunakan; sehingga unit kerja mendapatkan kemudahan dalam menyelesaikan pekerjaannnya.
8. Berbagai aplikasi komputer saat ini bermunculan, muncul aplikasi yang memper mudah dalam perhitungan hingga aplikasi yang menyediakan sarana pengolahan data. Aplikasi-aplikasi ini memiliki tujuan yang sama yaitu ingin mempermudah pekerjaan unit kerja. Dalam era komputerisasi jika masih menggunakan sarana kertas sebagai media pengolahan dan penyimpanan data serta sebagai penyebaran informasi dirasakan kurang efektif dan tidak efisien, karena sifat kertas tersebut adalah statis. Apalagi penyimpanan data penting yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau instansi perlu ditangani secara komputerisasi, agar pekerjaan unit kerja lebih efektif dan episien.
Senin, 14 Juli 2014
Selasa, 24 Juni 2014
Coba ngabisin 50 ribu seharian di Jakarta
Coba
ngabisin 50 ribu seharian di Jakarta
Taddaaaaaa!!!
Kembali lagi di blog
ini,
Lihat judul di atas? 50
ribu buat di Jakarta? Ia beneran, malah harusnya bisa kurang dari 50 ribu ya?
Hahahahaha –ketawa dulu—
Kepikiran 50 ribu buat
di Jakarta? Mungkin Yamaha Fino FI yang
punya caranya,. Absuloutly Yamaha fino yang punya caranya, yapp Yamaha Fino FI adalah varian terbaru
dari motor matic retro andalan Yamaha
Fino. Yamaha Fino FI ini rilis
kisaran awal 2014. Udah lihat video di youtube yang judulnya Have Fun di Jakarta Seharian Cuma 50 Ribu?
Bisa!. Di situ kalian bisa lihat gimana iritnya Yamaha Fino FI. Di video itu Yamaha fino isi bensin seliter doang,
6.500 aja, terus mereka mulai petualangan
dari taman suropati di Jakarta Pusat, terus ke daerah Tebet buat isi
perut yang punya Yamaha Fino FI,
eitss Yamaha Fino FI belum aus
kok. Mereka lanjut lagi dengan Yamaha
Fino FI lanjut lagi ke daerah ***** (coba langsung cek sendiri ya, hehhe), buat gue ini tempat romantis di
Jakarta. Bunga doang isinya. Ujung punya ujung kalian bisa liat langsung
irriitttnya Yamaha Fino FI di situ
–kalo belum gue nyedain langsung di blog ini, sekalian ngebuktiin ke kalian
tentang hebat dan hematnya Yamaha fino—.
Ok.
Balik lagi ke judul di atas. Gue bakalan nyoba ngabisin 50 rbu di Jakarta. Tapi
di sini –tulisan/cerita— gue nggak pake cara Yamaha Fino FI buat ngabisin 50 ribu di Jakarta, tapi coba pake
versi gue –saya—.
Gue ajak kalian kenalan dulu sama gue, asli nama gue ya
Kinanti Swastika, tapi gue sering pke Id nanikakinan, karena urutan huruf dari
kata “nanik” ya kebalikan dari urutan huruf “kinan” dan “a” berarti kebalikan,
hahahah –ini penting nggak penting buat ditulis— okeh lanjut lagi. Pekan-pekan
pertengahan yang agak menjelang akhir
Juni ini gue lagi dapet yang namanya masa liburan tapi gue bukan anak
sekolah yoo, karena gue ****, (menurut
kalian, profesi apa yang senengnya kaya anak sekolah? Hhhmm yaa civitas
sekolah, kalo ngga da siswanya, mau ngapain di sekolah?) Ujungnya gue ini
pengajar dan hari Rabu adalah hari yang gue pilih buat coba ngabisin uang 50
ribu di Jakarta,
Rumah gue bukan di Jakarta tapi di Bekasi kota yang dapet
julukan kota satelit, tapi aslinya yang namanya satelit kan nggak banyak
penduduk ya kaya planetnya, tapi Bekasi dan Jakarta ya sebelas dua belas sama
kaya planetnya (Jakarta). Okeh ujungnya!! tahu yang namanya Harapan Indah? Tapi
rumah gue ga di situ ya. Gue akan mulai coba ngabisin 50 ribu di Jakarta dimulai
dari Harapan Indah.
Hari Rabu jam 11 yang pas banget gue jalan dari rumah
gue. Sampai jam 11 itu gue belum dapat ide pasti gimana caranya bisa cukuuuuppp
banget ngabisin 50 ribu, buat seharian pula, *kita liat, apa gue bakalan
ngibarin bendera putih sebagai tanda gue nggak cukup modal atau gue bakalan
ngibarin bendera Yamaha Fino FI yang
berarti gue punya cara ngabisin 50 ribu?
Perjalanan
dari rumah gue ke Harapan Indah dengan motor gue—tapi bukan Yamaha Fino FI *takdir yang akan
mempertemukan gue dengan Yamaha Fino FI—
tu 20 menit . Gue sengaja memarkirkan
motor gue di makanan cepat saji di depan situ –sentra kuliner di pintu masuk Harapan
Indah yang namanya Meli Melo—. Gue pilih tempat makanan cepat saji yang pakai
marga orang luar negeri dan lambang tempat ini adalah gambar yang sering dibuat
anak PAUD atau TK yang melambangkan burung dan warnanya kuning #kode –okehh
semua tahu kode gue kan?—. Kenapa gue markir di sini pasti ada alasannya,
alasanya berkaitan dengan hari Rabu, kenapa? Karena ada program seru dari
aplikasi chat gratis, yang warnanya
kuning juga –tandingannya layin—.
Sesuai program, bayar satu bisa dapet dua roti capit berpasangan yang ada
daging, keju, salad, dan mayonais. Di sini gue keluarin uang 20 ribu, saldo gue
berarti 30 ribu.
Gue tinggalin motor yang sudah terkunci stang tapi nggak
ada kunci magnetnya –beda banget dari Yamaha
Fino FI yang ada kunci magnetnya, kunci magnet Yamaha Fino FI yang otomasis bisa ngebuat hati gue nggak was-was
kalo lupa pake gembok—, alhasil gue juga mesti pasang gembok biar aman di
parkir tempat makan cepat saji. Dengan ide yang masih buram di pikiran gue, gue
jalan kaki sampai halte di depan/ pintu masuk/ gerbang Harapan Indah—yapp
kurang satu bulan Transjakarta beroperasi ke Bekasi, rutenya Harapan Indah ke
Pulo Gadung—. Gue ngeluarin uang pas
3.500 berarti saldo gue 26.500. Gue lihat jam di handphone 12.10.
Sambil nunggu bus dateng, gue liat peta koridor. Semua
halte pasti ada peta ini. Semua koridor dimuat di peta ini, mulai koridor
pertama yang warnanya garis rutenya merah sampai koridor yang garisnya
putus-putus berarti belum jadi atau masih dalam proses, tapi dari beberapa
koridor yang bergaris putus-putus itu yang paling gue pengen tahu hasilnya
adalah koridor kalimalang. Koridor ini sengaja dibuat di jalan layang pinggir
kalimalang dan jalan layang ini khusus Transjakarta, artinya nggak ada mobil
atau motor yang tiba-tiba ada di belakang atau di depan Transjakarta –ambil
jalur Transjakarta—. Gue mulai senyum kecil secara nggak sadar ngebayangin
serunya koridor itu.
Gue
mulai memperhatikan lagi petanya, petanya lurus dan kalau belok jelas banget
–nggak ada tikungan, nggak ada flyover,
dan nggak ada underpass—. Peta yang
jelas ini membuat pikiran gue dari koridor ini, ke koridor itu, ke koridor sini, dan koridor sana. Dan tiba-tiba
gue dapet ide buat jalan-jalan keliling Jakarta. Gue senyum seneng gitu dengan
ide gue –agak brilian soalnya—.
Gue mulai rute Harapan Indah gue pasti akan menuju
terminal di ujung Jakarta Timur, Pulo Gadung, perjalanan halte nggak beda sama
yang biasa gue lewatin, jadi ujungnya gue sampai di Pulo Gadung dan gue ambil
transit rute ke Harmoni. Karena Pulo Gadung adalah halte ujung dan hari ini
adalah weekday jadi nggak begitu
rame, alhasil gue masih dapet tempat duduk. Gue ambil tempat di area wanita
–gender abis—. Perjalanan dari Pulo Gadung gue isi main handphone plus dengerin radio. Gue lumayan maniak sosial media
Facebook, Twitter, Path, Instagram gue punya daan di perjalanan yang begini, waktunya
cek cek timeline di sosial media tadi
ya. Gue udah lama mem-follow akun Yamaha Indonesia dan pas
banget di timeline twitter gue, si
mimin Yamaha Indonesia posting foto Yamaha
Fino FI. Gue hampir melongo ngeliatnya. Mimin posting Yamaha Fino FI fullbody-nya
Yamaha Fino FI sporty biru. Gue langsung buka akun twitternya dan nyecroll postingan Yamaha Fino FI yang lain. Dan bener aja, ada Yamaha Fino FI sporty
merah, Yamaha Fino FI sporty hijau, terus ada Yamaha Fino FI premium hitam dan Yamaha Fino FI premium coklat. Gue
nggak kedip ngeliat tipe-tipe Yamaha
Fino FI. Satu kalimat buat Yamaha
Fino FI, “ Gue mauu Yamaha Fino FI,
akkkkkkk!”–histeris dalam hati—.
Gue engeh bangunan tinggi ramping warna putih dan di
atasanya ada lambang kobaran api warna emas. Gue udah mau sampe halte Monas.
Monas masih putih ya? –bangga banget gue lihat ya—. Bangunan landmarknya Jakarta masih dicintai
Jakarta sekaligus Indonesia. Gue sengaja turun di halte ini sebagai tanda gue
udah di Jakarta Pusat. Dari halte yang
berkaca, gue lihat banyak arus kendaraan yang masuk ke Monas. Ada PRJ tandingan
di Monas. Acara memperingati ulang tahun Jakarta versi “merakyat” karena nggak
ada HTM. Karena acaranya gratis gue jadi punya niat buat masuk Monas. Tapi
sebelumnya, gue mau update lokasi dulu di Path dan gue sekalian mau posting foto. Gue cari gambar yang ngga
ada halangan kacanya dan itu berarti gue ambil dari lorong tunggu kedatangan Transjakarta
–yang ada di samping halte itu lho— . Gue ambil gambarnya dengan zoom paling
gede –namanya juga jarak jauh, di halte Transjakarta pula—. Sedetik gue mau
sebelum gue dapet gambar datanglah Transjakarta. Ketika pintu kebuka, gue
sendirian di tempat tunggu Transjakarta. Di posisi nunggu datangnya Transjakarta,
gue mulai bingung dan ketika itu juga gue mulai mikir “gue ngapain di sini, kalo
nggak nungguin Transjakarta?”. Setelah penumpang turun, mas-mas penjaga pintu Transjakarta
ngajak ngobrok gue, “Glodok, Mba?”. Gue di posisi yang mau nggak mau harus
masuk jadi makin mau masuk Transjakarta karena arahnya Glodok. Dan itu berarti
gue lanjut berpetualang lagi, dan rutenya adalah Jakarta Utara.
Kali ini, gue nggak dapat tempat duduk. Dengan senang
hati gue berdiri. Sambil dengerin radio. Kali ini gue dapat posisi tengah dekat
mas-masnya berdiri, karena kondisi di dalam Transjakarta penuh. Setelah lampu
merah gue mulai lihat geliatnya salah satu daerah sentra transaksi khusunya
barang elektronik di Jakarta. Setelah itu gue sampai di halte utama Harmoni,
halte Transjakarta yang paling sibuk tiap jam. Antrean Transjakarta buat
nurunin dan naikin penumpang aja penuh dan lama.
Gue
terpinggirkan ke arah pintu sebelah kiri setelah banyak dorongan dari penumpang
yang masuk ke Transjakarta, kali ini penuh banget. Gue sampai mesti
mentokin badan –senderan— di pintu yang
modelnya masih kelipet-kelipet giru. Di sini gue sempet update lokasi di Path.
Gue yang mentokin badan ke pintu sangaja cari
objek pemandangan ke luar, daripada kalau ke dalem Transjakarta –tidak
terprediksi—. Jajaran bangunan semacam ruko maupun mall berdiri di sisi jalan,
banyak kendaraan keluar masuk parkir di sebagian ruas jalan yang dibelah
“secuil” untuk parkir. Gue lihat jam digital di atas Transjakarta 13.40.
Kendaraan yang ramai di jalan ini juga karena setelah makan siang dan Transjakarta
yang ada guuenya juga harus antre di kemacetan –Hallo, gue di Jakarta—.
Dari
sekian banyak kendaraan yang antre di jalan. Mata gue langsung tertuju ke satu
benda yang bergerak yang buat wow banget. Ada pengendara cowok berjaket hitam, helm
warna biru, tapi dia pake masker –jadi bukan si pengendara yang jadi objek wow-mya gue—. Si pengendara ini bawa Yamaha Fino FI sporty biru. Itu jelas Yamaha
Fino FI sporty biru karena
striping nggak pasaran dan stylish
abis, jadi gue langsung engeh banget ke-wow-annya.
Gue merhatiin cara gerak Yamaha Fino FI
asik banget, selap selipnya keren banget, gampang banget ngendaliin Yamaha Fino FI dan Yamaha Fino FI bisa dibawa ngebut. Lagi jalanan rame begitu aja
bisa ngebut sambil selap selip dan bisa bikin pengendaranya tetep keliatan
keren, walau Yamaha Fino FI ini matic. Kerenn bangettt, gue aja sama
sekali nggak mengalihkan pandangan dari Yamaha
Fino FI sampai akhirnya dia hilang dari mata gue. Kereennn Yamaha Fino FI.
Sesampainya
gue di halte transit Kota, gue buka bekel gue. Gue makan satu roti dagingnya dan
ambil rute ke yang ke Pluit dan transit di Penjaringan buat ke BNN. Lumayan
lama banget nunggu Transjakarta yang ke BNN. Liat sekeliling yang lumayan
ramai. Artinya emang daritadi nggak ada Transjakarta yang ke sana ya. Hampir 45
menit gue nunggu berdiri di antrean wanita –gender abis— sambil baca komik. Gue
“ngeri” kalau kelamaan di sini, gue bakalan ketemu jam pulang kantor di
Jakarta, bakalan nggak sampai sampai gue di bekasi. Nah kan ketemu juga sisi
negatif dari naiknya angkutan uimum, waktu yang lumayan nguap buat nunggu
kedatangan Transjakarta. Gue emang niat jalan-jalan, tapi beda sama yang hari
ini kerja dan mesti buru-buru, apa andelannya kalau bukan Transjakarta. Apalagi
buat wanita, naik mobil sendiri itu susah lho, kalo naik motor gigi, ribet.
Makanya motor matic pas banget,
apalagi Yamaha Fino FI.
Antrean
yang daritadi panjang akhirnya bisa masuk, tapi karena antrean panjang ini
ditampung semua akhirnya gue berdiri lagi, lumayan pegel ya. Gue lihat jam, dan
mulai ketar-ketir bakalan ketemu jam pulang kerja. Kalo beneran gue ketemu jam
pulang kantor, gue bakalan berdiri sampai BNN, ‘ffh’. Gue buka peta koridor
yang udah gue unduh. Cari-cari koridor ujung
karena Transjakarta dari koridor ujung pasti Transjakarta kosong. Jadi
gue harus sampai sana sebelum jam pulang kantor. Dan halte Grogol 2-lah yang
jadi tujuan turun selanjutnya. Gue sempet update
lokasi di Path, tapi malah yang
keupdate halte Grogol 1 *heheh.
Gue
sempet cari-cari lorong naik Transjakarta arah PGC, dan pas nemu hampir mau
jalan, alhasil gue naik dari pintu belakang –naik Transjakarta gandeng—.
Kebanyakan yang ada di belakang ya lelaki, karena wanita di depan. Karena gue
masih lihat beberapa ibu duduk di tempat area laki-laki yang artinya di area
wanita udah penuh –dan di area laki-laki masih beberapa yang kosong— jadi gue
duduk aja deket pintu sebelah kiri. Kan tujuan gue emang buat cari tempat
duduk.
Dari
halte Grogol sampai halte Senayan-JCC masih nggak begitu ramai dan jalanan
masih ramlan – ramai lancar—, tapi sampainya di Semanggi –halte transit—, mulai
ramai dan jalannya juga. Mulai jam kantor. Gue masih lihat sekitar sambil baca
komik. Gue lihat sekitar apa ada ibu-ibu atau penumpang yang harus didahulukan
duduk “nyasar” naik dari lorong belakang dan itu belum ada, maka gue lanjut
baca komik lagi. Dua halte setelah itu masuk ke halte Kuningan –halte transit
lagi—. Gue menemukan ibu dengan tiga anak yang masih kecil “nyasar” naik dari
koridor belakang. Gue masukin komik ke tas gue dan nyemplak ransel gue di depan. Gue siap-siap berdiri di tengah
rapatnnya barisan belakang dan memberi tempat duduk pada ibu itu.
Si
ibu membalas tawaran gue dengan senyuman dan ucapan “terima kasih”. Gue lihat senyum ibu ini sama kaya ngeliat
senyum ibu gue. Senyum yang ngebantu “beban”-nya naik transportasi Jakarta. Anak
yang paling besar yang disuruh duduk oleh ibu, adiknya yang kedua duduk di sisi
ujung, dan si adik yang paling kecil –usianya dua sampai tiga tahun— duduk di
pangku di anak paling besar.
Gue
lihat susahnya naik Transjakarta di waktu jam kantor, gue aja susah buat
berdiri dan gantungin tangan, apalagi si ibu yang lebih pendek daripada gue.
Lebih dari berebutan tangan buat bergantung, kaki dan posisi badan harus
bener-bener enak dan nyaman buat berdiri. Itu susah banget. Gue lihat lumayan
banyak juga wanita yang ada di koridor belakang tapi mereka masih kuat berdiri
dan nggak bawa anak. Banyak alasan mereka tiba-tiba ada di sini, yang jelas
dari mata gue adalah penuh bangetnya di area wanita dan nggak salah, asal mereka
tetap waspada dengan yang “macam-macam” di Transjakarta. Di saat begini, punya
kendaraan pribadi itu lebih nyaman. Tapi mobil tentu bukan saran yang pas
banget buat jalanan Jakarta ketika hari kerja dan buat yang belum pas
tabungannya –termasuk gue—. Jadi, motor itu yang pas banget buat jalanan
Jakarta dan pas buat kantong –termasuk gue yang pengen banget bisa nambah lagi Yamaha Fino FI—. Dan buat si Ibu yang
bawa anak tiga begitu pas kalo naik motor matic,
nggak ribet. Barang bawaan bisa di taro di bagasi yang luas. Si anak yang kecil
berdiri di depan. Kalo gue inget postingan mimin Yamaha Indonesia, Yamaha Fino FI itu joknya lebar, jadi
bisa muat ko buat duduk dua anak di belakang dan Yamaha Fino FI pas banget buat ibu-ibu kan?
Tiba-tiba,
gue agak kaget pas si anak yang paling kecil tidur dan kepalanya kena ransel
gue. Si ibu ngehalau kepala anaknya supaya nggak sandar ke ransel gue. Gue
gumam kecil ke si Ibu “Nggak papa, Bu.” Si ibu balas senyum gue, dan mulai
ngajak ngobrol gue “Turun di mana?”. Gue juga sebenernya bosen berdiri begini
dan ketika si ibu ajak ngobrol langsung ya gue jawab dengan senang hati, “Turun
di BNN, Ibu?” gue tanya balik biar terus ngobrol. “Saya turun di PGC, tadi saya
dari rumah saudara di Kuningan.”. Nah kan, belum ditanya udah cerita sendiri
kan? –hehhe—.
“Oh,
anaknya anteng ya bu, nggak rewel.” Puji gue ke tiga anaknya si ibu. Dari tiga
anak si ibu yang tidur cuma satu, sisanya anteng liat tol yang juga macet dari jendela
belakang mereka. “Ia. Memang begitu mereka, pengertian, tapi mereka juga lagi
seneng, soalnya ayahnya beliin mereka motor baru, tinggal platnya yang belum
jadi.” Ini namanya ibu-ibu, aku cerita dia curhat –hhee, gue bakalan begitu
juga ya jadi ibu-ibu—. “Oh, motor apa bu, Yamaha
Fino FI?.” Tanya gue agak sedikit basa-basi. Gue secara sadar nyebut Yamaha Fino FI karena mana lagi motor
keluaran baru yang bagus banget dan yang dari tadi bikin gue mau banget. Keliatan
si ibu heran, “Ia, Yamaha Fino FI.”
Gue langsung sumringah sendiri dengan kalimat si ibu baru aja dibeliin motor
dari suaminya. Gue bukannya lagi pengen suami yang bisa beliin motor Yamaha Fino FI tapi gue ngiri banget si
ibu punya Yamaha Fino FI, sedangkan
gue belum punya –istilahnya envy ya—.
“Soalnya
Yamaha Fino FI lebih irit. Tipenya
luas tapi nggak makan tempat gitu kalo di jalan, jadi masih termasuk ramping”.
Gue ngangguk-ngangguk pengen dengar langsung gimana serunya punya Yamaha Fino FI. “Bagasinya lumayan gede
dan plusnya juga bisa duduk di ujung jok yang sedikit melebar ke bawah, jadi
nggak lancip dan nggak bikin sakit kalo buat duduk anakku yang kecil”. “Pas
banget ya bu.” Gue tanggepin. “Ia, jok lebar dan luas, jadi bawa anak tiga
tetep bisa, meski sama bapaknya.” Gue tambah mau Yamaha Fino FI. “Hooh.” gue nanggepin seadanya karena mau denger
lebih banyak lagi. “Dan yang paling enak banget, gas Yamaha Fino FI itu beda.” Kata si ibu. “Dia kan matic tapi gasnya nggak langsung kenceng
gitu, yang jadi bikin takut kan ya, kalo awal-awal ngegas.”lanjut si Ibu. “Jadi
aman dan nyaman ngelandiliinnya ya bu?” tanya gue yang baru tahu. Kali ini gue
doyan banget denger “curhatan” si ibu tentang Yamaha Fino FI. Sugesti buat minta tambahan motor lagi ke bokap
tambah jadi, --patungan deh sama gaji gue, demi Yamaha Fino FI—. Obrolan kita berhenti sejenak karena si ibu dapet
telepon, kayanya dari suaminya.
Gue
masih ikutin perjalanan yang rapet banget daritadi. Tol di seberang jalur
Transjakarta sama macetnya sama jalanan Transjakarta. Ac masih kerasa jadi
nggak begitu panas, tapi makin lama makin susah buat gue gerak. Posisi gue udah
nggak bisa ganti-ganti lagi. Jadi patung. Jadi pengen turun minta jemput naik
motor, tapi motor Yamaha Fino FI ya?.
Getar
handphone gue agak lama, berarti ada
yang nelpon. Gue males ambil handphone karena posisi gue. Tapi geternya
terus-terusan, jadi mau nggak mau gue mesti ambil. Dan ternyata nyokap gue. Di
telepon nyokap gue nyuruh gue beli apel di supermarket karena nenek gue mau datang
jenguk cucunya. Nyokap gue yang kelupaan tadi belanja, jadi nyuruh gue belanja.
Kata nyokap gue beli apel yang warna merah dan beli aja empat atau lima.
Pertanyaan gue ke nyokap gue “4 atau 5 apel cukup nggak 20 ribuan? –karena uang
gue kisaran segitu doang, hahaha—.”
Sebelum
halte Tebet BKPM, gue udah nggak jadi patung lagi. Udah bisa banyak gerak
sambil berdiri. Jadi gue sempet iseng foto. Sayangnya, Transjakarta gue ngga
sampai BNN, jadinya gue turun di halte Cawang UKI. Si ibu dan tiga anaknya juga
turun di situ. Mereka lanjut naik Transjakarta ke PGC. Gue sampe Cawang UKI
udah petang –lama juga ya?— dan gue sempet update lokasi di Path. Gue lanjut Transjakarta
ke Tanjung Priuk dan bakalan transit di ITC cempaka putih buat naik Transjakarta
ke Pulo Gadung dan sampai di Harapan Indah.
Dan
perjalanan sampai ke Harapan Indah macet parah di mana-mana. Ujungnya gue malem
banget pas gue ambil motor gue –bayar
parkir dua ribu, saldo 24.500—. Gue langsung ke supermarket yang “raksasa warna
hijau—bukan hulk—” karena di situ parkir motor gratis. Gue hampir was-was
pilih-pilih apel karena takut beratnya kelebihan dari uang gue. Apelnya harus
gue pilih supaya harganya 24.000-an aja –uang gue yang tinggal 24.500—. Bersyukurnya
gue, ternyata pas banget pas diitung. Totalnya yang gue mesti bayar 23.897
artinya 24.000. Berarti saldo gue tinggal lima
ratus perak –hahaha—.
Udah
tambah malem dan gue bergegas turun karena udah mulai capek. Pas di escalator
pun gue masih jalan biar-biar buru-buru sampai bawah. Pas banget sampai di
bawah –masih di dalem gedung “raksasa” ada mas-mas sales ngasih brosur Yamaha
dan gambar depan brosur adalah Yamaha
Fino FI. Langsung gue nengok ke stand pameran Yamaha yang ada di sisi kiri
gue –gue emang nggak bakal engeh ada stand Yamaha di “raksasa” karena posisinya
jauh dari pintu masuk (pintu masuk langsung eskaltor naik *naik doang, turunnya
nggak sejajar—). Daannn gue lihat ada Yamaha
Fino FI sporty biru di situ. Sacara
nggak sadar kaki gue jalan ngedeketin Yamaha. Gue ngerasa langsung jatuh cinta
pada pandangan pertama. Dari tadi gue cuma lihat foto Yamaha Fino FI, lihat gerakan Yamaha
Fino FI di jalan, dan denger kerennya Yamaha
Fino FI. Sekarang gue langsung lihat kerennya ini Yamaha Fino FI di depan mat ague langsung. Gue –kaya— lagi dengerin
mas-masnya sales nerangin Yamaha Fino FI,
tapi gue lebih tahu tentang Yamaha Fino
FI. Gue pegang Yamaha Fino FI.
Gue pegang lampu depannya yang artistik abis dengan model yang kaya berlian.
Gue pegang stangnya yang kuat banget. Gue pegang spionnya yang bulet dan stylish abis. Gue lihat pantulan
spionnya yang mantulin luas pantulan. Gue yakin dari spion ini bakalan banyak
banget nangkep orang-orang yang lagi ngeliatin Yamaha Fino FI kalo lagi di
jalanan. Woooowww.
Geter
handphone gue ganggu fokus gue.
Nyokap gue telepon, nanyain gue di mana, udah makan malam, dan ketika itu perut
gue jadi laper –hahhahha—. Dengan terpaksa gue ninggalin Yamaha Fino FI, tapi justru jadi kangen gitu ya sama Yamaha Fino FI. Hahahaha, gue harus
dapet acc dari bokap. Haruss yaa.
Gue
makan malam roti capit daging berpasangan di bangku pelataran. Roti yang tadi
siang. Siang ini gue udah coba ngabisin uang 50 ribu buat keliling
Jakarta. Hari ini gue kibarain bendera Yamaha
FinoFI , berarti hari ini gue udah keliling Jakarta, Jakarta Pusat ke
Jakarta Utara ke Jakarta Barat, ke Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur –hahahah
ketawa lagi—. Makan dua roti capit berdagingnya dua kali. Plus bisa beliin
nenek gue buah kesukaannya. Dan yang paling penting banget gue bisa makin envy sama Yamaha Fino FI. Bisa lihat jelas banget gerakan Yamaha Fino FI di jalan dan denger
langsung pengguna yang baru punya Yamaha
Fino FI. Akkkkkkkkkk!!!!!!
Petualangan
hari ini seru, tapi buat bertahan dengan iritinya50 ribu susah ya kalo di
Jakarta. Gue bisa jalan-jalan begini, tapi “terkurung” di Transjakarta dan
haltenya. Selain itu, masalah makan juga, kalau nggak ada promo beli satu
gratis satu gue bakalan kelaperan untuk hemat 50 ribu di Jakarta. Dannn yang
lebih kerasa, gue sendirian jalan-jalan ini –penumpang Transjakarta banyak—,
tapi gue judulnya sendiri. Beda kalo gue naik motor apalagi naik Yamaha Fino FI yang hemat banget dan
bisa berdua –boncengan—. Gue masih envy Yamaha Fino FI.
spoiler foto-fotonya maaf agak acak, nggak berurutan
![]() |
areanya wanita ajaa |
![]() |
tangan gue yang terpojok di pintu |
![]() |
jakarta pusat, yey |
![]() |
salah ngeposting harusnya Grogol 2 |
![]() |
iseng nunggu Transjakarta dateng |
![]() |
sampai di cawang UKI, foto dari dalem halte |
![]() |
sampai cawang UKI |
spoiler foto-foto Yamaha Fino FI yang buat gue envy terus
Tulisan ini sengaja dibuat untuk ikut dalam kompetisi "Apa yang bisa kalian lakukan dengan yang 50 ribu?
Terima
Kasih.
Rabu, 18 Juni 2014
Langganan:
Postingan (Atom)